Riset menunjukkan, banyak orangtua sebenarnya tak ingin memukul anaknya,
tapi tak tahu cara lain yang bisa digunakan untuk memberikan suatu
hukuman (punishment) kepada anak. Riset terkini yang dilakukan Family
Research Laboratory menunjukkan, memukul anak mengajari anak menggunakan
tindakan agresi dan kekerasan untuk menyelesaikan masalah mereka.
Memukul anak hanya mengajarkan lebih banyak kekerasan yang merisaukan
masyarakat. Riset ini menunjukkan, bahwa anak-anak yang dipukul lebih
rentan terkena Stress (Depresi). Jadi, demi masa depan anak-anak kita,
lakukan hal-hal berikut ketimbang memukul :
1. Tenangkan Diri
Jika merasa marah, emosi tak terkendali dan kita ingin memukul anak kita, tinggalkan situasi ini jika memungkinkan. Tenangkan diri dan hening. Ditengah keheningan ini, kita sering akan menemukan alternatif solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.
2. Cari Waktu Untuk Diri Sendiri
Orangtua lebih rentan memukul jika tak punya waktu untuk diri sendiri, merasa terburu-buru dan kehabisan energi. Jadi, penting bagi orangtua untuk menggunakan sedikit waktu untuk diri sendiri, misal : olahraga, membaca atau jalan-jalan santai dll
3. Gunakan Tindakan Baik Tapi Tegas
Situasi frustasi yang membuat orangtua cenderung memukul adalah ketika anak tak mau mendengarkan walaupun kita sudah berkali-kali memintanya. Akhirnya, kita tak sabar dan memukul anak kita dengan tujuan agar anak kita berperilaku yang tepat. Solusi lain untuk situasi seperti ini adalah, sejajarkan sikap tubuh kita dengan anak kita (dengan menekuk aki misalnya atau berjongkok), buat kontak mata, sentuh anak secara lembut dan katakan kepadanya dengan ungkapan baik tapi tegas apa yang kita inginkan dari anak kita lakukan. Sebagai contoh : "Ayah/bunda minta kamu bermain secara tenang ya…Ayah/Bunda sedang bekerja!"
4. Beri Pilihan
Memberi anak pilihan termasuk alternatif yang baik ketimbang memukul. Jika anak kita memainkan makanan di meja makan, tanyakan "Kamu lebih suka berhenti bermain dengan makanan atau lebih suka tinggalkan meja makan?" Jika anak masih terus bermain dengan makanan, gunakan tindakan tegas tapi baik dengan membantu anak turun dari kursi dan meninggalkan meja. Katakan kepadanya, dia bisa kembali ke meja jika sudah siap makan tanpa memainkan makanan.
5. Gunakan Logika Konsekuensi
Konsekuensi secara logika terkait dengan perilaku yang membantu mengajari anak tanggung jawab. Sebagai contoh, anak kita memecahkan kaca jendela tetangga dan kita menghukumnya dengan memukulnya. Apa yang anak kita pelajari dari situasi ini? Dia mungkin belajar tak akan melakukan hal ini lagi, tapi dia juga belajar, bahwa dia harus menyembunyikan kesalahan-kesalahannya, menyalahkan orang lain, berbohong atau hanya berusaha agar tidak ketahuan. Dia mungkin juga memutuskan, bahwa dia buruk atau merasa marah dan balas dendam pada orangtua yang memukulnya. Jika kita memukul untuk menghukumnya, tapi apakah kita ingin anak kita baik karena takut atau karena respek kepada kita?
Bandingkan jika anak melakukan kesalahan seperti memecahkan kaca jendela tetangga dan kita sebagai orangtua berkata, "Saya lihat kamu memecahkan kaca jendela bu joko ya…?"Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki atau menggantinya?" dengan suara yang tegas tapi baik. Maka anak kita berfikir mungkin dengan cara memotong rumput halaman bu joko beberapa hari atau beberapa minggu, bisa juga anak berfikir mencuci mobil bu joko dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Kesalahan adalah bagian yang tak terhindarkan dari hidup dan tidak terlalu penting, bahwa dia melakukan kesalahan, tapi dia bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya. Fokus bukan pada kesalahannya, akan tetapi bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya.
6. Melakukan Perbaikan
Jika anak melanggar kesepakatan, orangtua cenderung ingin menghukumnya. Alternatif lainnya adalah, meminta anak memperbaiki diri. Memperbaiki diri adalah mengerjakan sesuatu dengan orang yang janjinya dilanggar anak. Sebagai contoh, beberapa anak menginap di rumah anton. Ayahnya meminta, mereka tak boleh meninggalkan rumah ditengah malam. Anak-anak itu melanggar perjanjian. Si ayah marah dan menghukum mereka dengan mengatakan, mereka tak boleh nginap lagi selama 2 bulan. Anton dan teman-temannya marah dan tidak kooperatif sebagai akibat dari hukuman ini. Si ayah menyadari apa yang dilakukannya. Ia minta maaf karena menghukum mereka dan bilang kepada mereka,ia merasa dikhianati dan mendiskusikan pentingnya memegang janji. Ia lalu meminta anak-anak itu melakukan perbaikan. Mereka memutuskan potong kayu yang harus dipotong ayahnya di halaman belakang. Anak-anak jadi senang dan antusias tentang proyek itu dan sesudah itu,berpegang pada janji untuk nginap lagi.
7. Tarik Diri Dari Konflik
Anak membantah orangtua dapat memicu orangtua memukul anak. Dalam situasi ini, akan paling baik jika kita segera menarik diri dari situasi ini. Jangan keluar dari kamar dalam keadaan marah.
8. Beritahu Anak Terlebih Dulu
Anak mengamuk dan menangis keras (temper tantrum) dapat dengan mudah membuat orangtua marah. Anak sering mengamuk jika mereka merasa tidak diberitahu atau tidak berdaya dalam sebuah situasi.
Agresi adalah bentuk kekerasan yang terus menerus ada dalam masyarakat. Bentuk yang lebih dari ini adalah memukul karena merusak self-esteem anak, melemahkan antusiasme dan menyebabkan anak memberontak dan tidak kooperatif. Pikirkan sesaat visi keluarga yang tahu cara memenangkan anak-anak kita secara kreatif tanpa menggunakan kekuatan atau kekerasan.(Source : Parenting Children’s Behavior Oleh Kathryn Kvols)
1. Tenangkan Diri
Jika merasa marah, emosi tak terkendali dan kita ingin memukul anak kita, tinggalkan situasi ini jika memungkinkan. Tenangkan diri dan hening. Ditengah keheningan ini, kita sering akan menemukan alternatif solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.
2. Cari Waktu Untuk Diri Sendiri
Orangtua lebih rentan memukul jika tak punya waktu untuk diri sendiri, merasa terburu-buru dan kehabisan energi. Jadi, penting bagi orangtua untuk menggunakan sedikit waktu untuk diri sendiri, misal : olahraga, membaca atau jalan-jalan santai dll
3. Gunakan Tindakan Baik Tapi Tegas
Situasi frustasi yang membuat orangtua cenderung memukul adalah ketika anak tak mau mendengarkan walaupun kita sudah berkali-kali memintanya. Akhirnya, kita tak sabar dan memukul anak kita dengan tujuan agar anak kita berperilaku yang tepat. Solusi lain untuk situasi seperti ini adalah, sejajarkan sikap tubuh kita dengan anak kita (dengan menekuk aki misalnya atau berjongkok), buat kontak mata, sentuh anak secara lembut dan katakan kepadanya dengan ungkapan baik tapi tegas apa yang kita inginkan dari anak kita lakukan. Sebagai contoh : "Ayah/bunda minta kamu bermain secara tenang ya…Ayah/Bunda sedang bekerja!"
4. Beri Pilihan
Memberi anak pilihan termasuk alternatif yang baik ketimbang memukul. Jika anak kita memainkan makanan di meja makan, tanyakan "Kamu lebih suka berhenti bermain dengan makanan atau lebih suka tinggalkan meja makan?" Jika anak masih terus bermain dengan makanan, gunakan tindakan tegas tapi baik dengan membantu anak turun dari kursi dan meninggalkan meja. Katakan kepadanya, dia bisa kembali ke meja jika sudah siap makan tanpa memainkan makanan.
5. Gunakan Logika Konsekuensi
Konsekuensi secara logika terkait dengan perilaku yang membantu mengajari anak tanggung jawab. Sebagai contoh, anak kita memecahkan kaca jendela tetangga dan kita menghukumnya dengan memukulnya. Apa yang anak kita pelajari dari situasi ini? Dia mungkin belajar tak akan melakukan hal ini lagi, tapi dia juga belajar, bahwa dia harus menyembunyikan kesalahan-kesalahannya, menyalahkan orang lain, berbohong atau hanya berusaha agar tidak ketahuan. Dia mungkin juga memutuskan, bahwa dia buruk atau merasa marah dan balas dendam pada orangtua yang memukulnya. Jika kita memukul untuk menghukumnya, tapi apakah kita ingin anak kita baik karena takut atau karena respek kepada kita?
Bandingkan jika anak melakukan kesalahan seperti memecahkan kaca jendela tetangga dan kita sebagai orangtua berkata, "Saya lihat kamu memecahkan kaca jendela bu joko ya…?"Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki atau menggantinya?" dengan suara yang tegas tapi baik. Maka anak kita berfikir mungkin dengan cara memotong rumput halaman bu joko beberapa hari atau beberapa minggu, bisa juga anak berfikir mencuci mobil bu joko dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Kesalahan adalah bagian yang tak terhindarkan dari hidup dan tidak terlalu penting, bahwa dia melakukan kesalahan, tapi dia bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya. Fokus bukan pada kesalahannya, akan tetapi bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya.
6. Melakukan Perbaikan
Jika anak melanggar kesepakatan, orangtua cenderung ingin menghukumnya. Alternatif lainnya adalah, meminta anak memperbaiki diri. Memperbaiki diri adalah mengerjakan sesuatu dengan orang yang janjinya dilanggar anak. Sebagai contoh, beberapa anak menginap di rumah anton. Ayahnya meminta, mereka tak boleh meninggalkan rumah ditengah malam. Anak-anak itu melanggar perjanjian. Si ayah marah dan menghukum mereka dengan mengatakan, mereka tak boleh nginap lagi selama 2 bulan. Anton dan teman-temannya marah dan tidak kooperatif sebagai akibat dari hukuman ini. Si ayah menyadari apa yang dilakukannya. Ia minta maaf karena menghukum mereka dan bilang kepada mereka,ia merasa dikhianati dan mendiskusikan pentingnya memegang janji. Ia lalu meminta anak-anak itu melakukan perbaikan. Mereka memutuskan potong kayu yang harus dipotong ayahnya di halaman belakang. Anak-anak jadi senang dan antusias tentang proyek itu dan sesudah itu,berpegang pada janji untuk nginap lagi.
7. Tarik Diri Dari Konflik
Anak membantah orangtua dapat memicu orangtua memukul anak. Dalam situasi ini, akan paling baik jika kita segera menarik diri dari situasi ini. Jangan keluar dari kamar dalam keadaan marah.
8. Beritahu Anak Terlebih Dulu
Anak mengamuk dan menangis keras (temper tantrum) dapat dengan mudah membuat orangtua marah. Anak sering mengamuk jika mereka merasa tidak diberitahu atau tidak berdaya dalam sebuah situasi.
Agresi adalah bentuk kekerasan yang terus menerus ada dalam masyarakat. Bentuk yang lebih dari ini adalah memukul karena merusak self-esteem anak, melemahkan antusiasme dan menyebabkan anak memberontak dan tidak kooperatif. Pikirkan sesaat visi keluarga yang tahu cara memenangkan anak-anak kita secara kreatif tanpa menggunakan kekuatan atau kekerasan.(Source : Parenting Children’s Behavior Oleh Kathryn Kvols)
FOLLOW THE JURUGAN INFO TERBARU 2025 AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow JURUGAN INFO TERBARU 2025 on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram